Ungkapan
Ungkapan
adalah kata atau kelompok kata yang mempunyai makna
khusus
dan makna tersebut sudah disepakati oleh masyarakat pengguna
bahasa
tersebut.
Contoh:
Ungkapan
Makna
bertekuk
lutut
buah
tangan
2. Peribahasa
Peribahasa
adalah kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya
dan,
biasanya, mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa dapat dikelompokkan
menjadi
tiga kelompok berikut.
a.
Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran.
Contoh:
• Hidup berakal mati beriman
(Hendaknya
kita berpanjang akal dalam mengerjakan sesuatu)
b.
Perumpamaan adalah peribahasa dalam bentuk perbandingan, biasanya,
dalam
peribahasa tersebut digunakan kata seperti, ibarat, bagai, bak,
laksana, dan umpama.
Contoh:
• Bagai itik pulang petang
(Pekerjaan
yang dikerjakan dengan santai)
(Seseorang yang dipingit; hidupnya selalu
diawasi)
c.
Pameo adalah peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
•
Esa hilang, dua terbilang.
•
Sekali di udara, tetap di udara.
3. Majas
Majas
(figurative of speech atau
figurative language)
adalah
bahasa
kias yang dipergunakan untuk memperoleh efek tertentu dari
suatu
benda atau hal dengan cara membandingkannya dengan benda atau
hal
lain yang lebih umum. Dengan kata lain, penggunaan majas tertentu
dapat
mengubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu
(bdk
Tarigan, 1995: 112).
Menurut
Perrine (dalam Waluyo, 1995: 83), penggunaan majas dipandang
lebih
efektif untuk menyatakan maksud penyair karena
a.
majas mampu memberi kesenangan imajinatif;
b.
majas adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi
sehingga
yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih
nikmat
dibaca;
c.
majas adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk
puisinya
dan menyampaikan sikap penyair;
d.
majas adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak
disampaikan
dan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang
singkat.
Secara
garis besar, majas dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok
besar, seperti yang tampak dalam tabel berikut.
Majas
Perbandingan
Pertentangan Pertautan Perulangan
•
Perumpamaan
• Metafora
•
Personifikasi
• Alegori
•
Hiperbola
• Litotes
• Ironi
•
Metonimia
•
Sinekdoke
•
Eufimisme
• Repetisi
•
Aliterasi
a. Majas Perbandingan
1)
Perumpamaan (simile)
Perumpamaan
(simile) adalah perbandingan
dua hal yang pada
hakikatnya
berlainan dan dengan sengaja kita anggap sama. Perbandingan
itu
secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata
bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal, seumpama,
umpama, dan serupa.
Majas
perumpamaan ini dapat dikatakan majas yang paling sederhana
dan
paling banyak digunakan. Contoh:
•
Wajahnya putih laksana bulan purnama.
.
2)
Metafora
Metafora
adalah perbandingan yang dilakukan secara implisit
antara
dua hal yang berbeda. Metafora hampir sama dengan
perumpamaan,
hanya saja dalam metafora perbandingan dilakukan
secara
langsung tanpa menggunakan kata bagai, sebagai, ibarat,
seperti, bak, laksana, semisal, seumpama, umpama,
dan serupa.
Sastra4) Alegori
Alegori
adalah cerita yang mengiaskan hal lain atau kejadian lain.
Alegori
dapat dikatakan sebagai metafora yang dilanjutkan. Jadi,
memahami
majas alegori harus dari keseluruhan teks. Cerita fabel
(dongeng
binatang) merupakan salah satu contoh alegori. Selain
itu,
kita juga dapat menemukan contoh alegori dalam teks puisi,
seperti
contoh puisi berikut.
Jalan
Kartini
…
barangkali
dalam lelap larut malam
bulan
masuk kamar lewat jendela kaca
menyelip
di sela waktu tidurku
sedang subuh
masih lama tiba
b. Majas Pertentangan
1)
Hiperbola
Hiperbola
adalah majas yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya
dimaksudkan,
baik jumlah, ukuran, maupun sifat-sifatnya. Tujuan
menggunakan
majas hiperbola adalah untuk mendapatkan perhatian
yang
lebih saksama dari pembaca.
Contoh:
•
Sampah-sampah di Kota Bandung bertumpuk setinggi gunung.
•
Contoh:
•
Aku adalah binatang jalang dari
kumpulannya terbuang.
•
Dia sampah masyarakat di
daerah ini.
•
Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah
kuncinya.
3)
Personifikasi
Personifikasi
adalah majas yang melekatkan sifat-sifat insani (manusiawi)
pada
benda-benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Penggunaan
majas personifikasi dapat memberi kejelasan
dan
bayangan angan (citraan) yang konkret.
Contoh
personifikasi dapat dilihat dalam baris sajak berikut..
Pulau
Samosir
Angin
bahorok
Bertiup
di lereng bukit
Membawa
kekeringan
Membawa
kematangan
Daerah
danau Toba
Lagu
hidup dan kerja
Bangsa
pembajak
Lemah
lembut kerbau
Yang
memberi aku lagu
"Pulau
di tengah danau"
Tandus
dan setia ....
Sitor
Situmorang
2)
Litotes
Litotes
sering dikatakan sebagai kebalikan dari hiperbola. Litotes
adalah
majas yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu
yang
positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan.
Litotes
mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang
sebenarnya.
Contoh:
•
Mampirlah ke gubuk kami yang kurang nyaman ini.
(Padahal,
kenyataannya, rumahnya bagus dan nyaman.)
3)
Ironi
Ironi
adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan.
Hal
ini dimaksudkan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah
menjadi
sinisme dan sarkasme dengan munculnya kata-kata yang lebih
kasar.
Contoh:
•
Aduh, bersih sekali kamar ini, sampah makanan bertebaran di
mana-mana.
c. Majas Pertautan
1)
Metonimia
Metonimia
adalah majas yang mempergunakan nama suatu
barang
untuk sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengan barang
tersebut.
Dapat dikatakan pula bahwa metonimia adalah majas
yang
memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan
orang,
barang, atau suatu hal sebagai penggantinya.
Contoh:
•
Siswa kelas X sedang menonton pementasan Shakespeare
di
gedung
teater.
(Shakespeare digunakan untuk mengganti salah
satu karya
2)
Sinekdoke
Sinekdoke
adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai
pengganti
nama keseluruhan atau sebaliknya. Sinekdoke digunakan
untuk
mengungkapkan kejadian langsung dari sumbernya sehingga
menimbulkan
gambaran yang lebih konkret.
Ada
dua macam sinekdoke, yakni pars pro toto dan totem pro parte.
a)
Pars pro toto adalah
sinekdoke yang menyatakan bagian untuk
keseluruhan.
Maksudnya, untuk menonjolkan suatu hal dengan
menyebutkan
salah satu bagian yang terpenting dari keseluruhan
hal,
keadaan, atau benda dalam hubungan tertentu. Misalnya,
hanya
menyebutkan suara, mata, hidung, atau bagian tubuh
yang
lain untuk menggambarkan orang.
Sumber: www.pikiran-rakyat.com
Contoh:
•
Sudah lama dia tidak kelihatan batang hidungnya.
makan.
b)
Totem pro parte adalah
sinekdoke yang menyebutkan keseluruhan
atau
melihat sesuatu secara generalisasi untuk menonjolkan
sebagian.
Contoh:
•
SMA Nusantara menjadi juara umum dalam lomba catur
nasional.
3)
Eufimisme
Eufimisme
adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan
yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau
yang
tidak menyenangkan. Eufimisme berkaitan dengan bentuk
konotasi
positif dari sebuah kata.
Contoh:
tunakarya
bentuk halus dari pengangguran
4)
Alu sio
Alusi
atau alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung
pada
suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan
bersama
yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta
adanya
kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan tersebut.
Contoh:
•
Tugu ini mengingatkan kita pada peristiwa Bandung
Lautan Api.
d. Majas Perulangan
1)
Aliterasi
Aliterasi
adalah majas yang menggunakan kata-kata dengan bunyi
awal
yang sama (purwakanti).
Contoh:
Jadi
tidak
setiap derita
jadi luka
tidak
setiap sepi
jadi duri
tidak
setiap tanda
jadi makna
tidak
setiap jawab
jadi sebab
tidak
setiap seru
jadi mau
tidak
setiap tangan
jadi
pegang
tidak
setiap kabar
jadi tahu
tidak
setiap luka
jadi kaca
memandang
Kau
pada wajahku!
Karya Sutardji
Calzoum Bachri
Sampan
kayu
Akhirnya,
senja itu juga yang jongkok,
yang
perlahan menyusun sampan-sampan, menghitungnya sebagai barisan
sunyi
yang
lelah, yang rebah,ditangkap diikat di akar-akar di kayu-kayu kaki-kaki
rumah,dan
cahaya kikis, sekejap lagi habis
direguk
malam yang mengerang
di
badanmu, di sarungku;
sangkar
segala burung yang bakit
terbang ke
hitam langit,
ke hitam
waktu.
Kapan ia
lahir, tuan?
Bulan
mandul, dan kematian
duduk-duduk
memancing ikan
di setiap
sudut pantai.
Aku datang
dan selalu terkenang
muasal
pasir, dan siul sumbang
dari
mancung bibirmu yang membuat
cekung
pipimu, saat kucium berulang
biji-biji
kopi mentah di lidahmu,
saat tak
perlu kau sebut lagi
tentang
pahitnya kerinduan
saat semua
gurat lekat di daun-daun
Puisi: Marhalim Zaini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar