Rabu, 13 Desember 2017

ungkapan

Ungkapan
Ungkapan adalah kata atau kelompok kata yang mempunyai makna
khusus dan makna tersebut sudah disepakati oleh masyarakat pengguna
bahasa tersebut.
Contoh:
Ungkapan Makna
bertekuk lutut
buah tangan

2. Peribahasa
Peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya
dan, biasanya, mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok berikut.
a. Pepatah adalah peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran.
Contoh:
Hidup berakal mati beriman
(Hendaknya kita berpanjang akal dalam mengerjakan sesuatu)
b. Perumpamaan adalah peribahasa dalam bentuk perbandingan, biasanya,
dalam peribahasa tersebut digunakan kata seperti, ibarat, bagai, bak,
laksana, dan umpama.
Contoh:
Bagai itik pulang petang
(Pekerjaan yang dikerjakan dengan santai)
 (Seseorang yang dipingit; hidupnya selalu diawasi)
c. Pameo adalah peribahasa yang dijadikan semboyan.
Contoh:
• Esa hilang, dua terbilang.
• Sekali di udara, tetap di udara.
3. Majas
Majas (figurative of speech atau figurative language) adalah
bahasa kias yang dipergunakan untuk memperoleh efek tertentu dari
suatu benda atau hal dengan cara membandingkannya dengan benda atau
hal lain yang lebih umum. Dengan kata lain, penggunaan majas tertentu
dapat mengubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu
(bdk Tarigan, 1995: 112).
Menurut Perrine (dalam Waluyo, 1995: 83), penggunaan majas dipandang
lebih efektif untuk menyatakan maksud penyair karena
a. majas mampu memberi kesenangan imajinatif;
b. majas adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi
sehingga yang abstrak menjadi konkret dan menjadikan puisi lebih
nikmat dibaca;
c. majas adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk
puisinya dan menyampaikan sikap penyair;
d. majas adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak
disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang
singkat.
Secara garis besar, majas dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok besar, seperti yang tampak dalam tabel berikut.
Majas
Perbandingan Pertentangan Pertautan Perulangan
• Perumpamaan
• Metafora
• Personifikasi
• Alegori
• Hiperbola
• Litotes
• Ironi
• Metonimia
• Sinekdoke
• Eufimisme
• Repetisi
• Aliterasi
a. Majas Perbandingan
1) Perumpamaan (simile)
Perumpamaan (simile) adalah perbandingan dua hal yang pada
hakikatnya berlainan dan dengan sengaja kita anggap sama. Perbandingan
itu secara eksplisit dijelaskan dengan pemakaian kata
bagai, sebagai, ibarat, seperti, bak, laksana, semisal, seumpama,
umpama, dan serupa.
Majas perumpamaan ini dapat dikatakan majas yang paling sederhana
dan paling banyak digunakan. Contoh:
• Wajahnya putih laksana bulan purnama.
.
2) Metafora
Metafora adalah perbandingan yang dilakukan secara implisit
antara dua hal yang berbeda. Metafora hampir sama dengan
perumpamaan, hanya saja dalam metafora perbandingan dilakukan
secara langsung tanpa menggunakan kata bagai, sebagai, ibarat,
seperti, bak, laksana, semisal, seumpama, umpama, dan serupa.
Sastra4) Alegori
Alegori adalah cerita yang mengiaskan hal lain atau kejadian lain.
Alegori dapat dikatakan sebagai metafora yang dilanjutkan. Jadi,
memahami majas alegori harus dari keseluruhan teks. Cerita fabel
(dongeng binatang) merupakan salah satu contoh alegori. Selain
itu, kita juga dapat menemukan contoh alegori dalam teks puisi,
seperti contoh puisi berikut.
Jalan Kartini
barangkali dalam lelap larut malam
bulan masuk kamar lewat jendela kaca
menyelip di sela waktu tidurku
sedang subuh masih lama tiba
b. Majas Pertentangan
1) Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang melebih-lebihkan apa yang sebenarnya
dimaksudkan, baik jumlah, ukuran, maupun sifat-sifatnya. Tujuan
menggunakan majas hiperbola adalah untuk mendapatkan perhatian
yang lebih saksama dari pembaca.
Contoh:
• Sampah-sampah di Kota Bandung bertumpuk setinggi gunung.
Contoh:
• Aku adalah binatang jalang dari kumpulannya terbuang.
• Dia sampah masyarakat di daerah ini.
• Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya.
3) Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang melekatkan sifat-sifat insani (manusiawi)
pada benda-benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Penggunaan majas personifikasi dapat memberi kejelasan
dan bayangan angan (citraan) yang konkret.
Contoh personifikasi dapat dilihat dalam baris sajak berikut..
Pulau Samosir
Angin bahorok
Bertiup di lereng bukit
Membawa kekeringan
Membawa kematangan
Daerah danau Toba
Lagu hidup dan kerja
Bangsa pembajak
Lemah lembut kerbau
Yang memberi aku lagu
"Pulau di tengah danau"
Tandus dan setia ....
Sitor Situmorang

2) Litotes
Litotes sering dikatakan sebagai kebalikan dari hiperbola. Litotes
adalah majas yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu
yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan.
Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang
sebenarnya.
Contoh:
• Mampirlah ke gubuk kami yang kurang nyaman ini.
(Padahal, kenyataannya, rumahnya bagus dan nyaman.)
3) Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan.
Hal ini dimaksudkan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah
menjadi sinisme dan sarkasme dengan munculnya kata-kata yang lebih
kasar.
Contoh:
• Aduh, bersih sekali kamar ini, sampah makanan bertebaran di
mana-mana.
c. Majas Pertautan
1) Metonimia
Metonimia adalah majas yang mempergunakan nama suatu
barang untuk sesuatu yang lain yang berkaitan erat dengan barang
tersebut. Dapat dikatakan pula bahwa metonimia adalah majas
yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan
orang, barang, atau suatu hal sebagai penggantinya.
Contoh:
• Siswa kelas X sedang menonton pementasan Shakespeare di
gedung teater.
(Shakespeare digunakan untuk mengganti salah satu karya
2) Sinekdoke
Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai
pengganti nama keseluruhan atau sebaliknya. Sinekdoke digunakan
untuk mengungkapkan kejadian langsung dari sumbernya sehingga
menimbulkan gambaran yang lebih konkret.
Ada dua macam sinekdoke, yakni pars pro toto dan totem pro parte.
a) Pars pro toto adalah sinekdoke yang menyatakan bagian untuk
keseluruhan. Maksudnya, untuk menonjolkan suatu hal dengan
menyebutkan salah satu bagian yang terpenting dari keseluruhan
hal, keadaan, atau benda dalam hubungan tertentu. Misalnya,
hanya menyebutkan suara, mata, hidung, atau bagian tubuh
yang lain untuk menggambarkan orang.
Sumber: www.pikiran-rakyat.com
Contoh:
• Sudah lama dia tidak kelihatan batang hidungnya.
makan.
b) Totem pro parte adalah sinekdoke yang menyebutkan keseluruhan
atau melihat sesuatu secara generalisasi untuk menonjolkan
sebagian.
Contoh:
• SMA Nusantara menjadi juara umum dalam lomba catur
nasional.
3) Eufimisme
Eufimisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan, atau
yang tidak menyenangkan. Eufimisme berkaitan dengan bentuk
konotasi positif dari sebuah kata.
Contoh:
tunakarya bentuk halus dari pengangguran
4) Alu sio
Alusi atau alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung
pada suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan
bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta
adanya kemampuan pembaca untuk menangkap pengacuan tersebut.
Contoh:
• Tugu ini mengingatkan kita pada peristiwa Bandung Lautan Api.
d. Majas Perulangan
1) Aliterasi
Aliterasi adalah majas yang menggunakan kata-kata dengan bunyi
awal yang sama (purwakanti).
Contoh:
Jadi
tidak setiap derita
jadi luka
tidak setiap sepi
jadi duri
tidak setiap tanda
jadi makna
tidak setiap jawab
jadi sebab
tidak setiap seru
jadi mau
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kabar
jadi tahu
tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku!
Karya Sutardji Calzoum Bachri
Sampan kayu
Akhirnya, senja itu juga yang jongkok,
yang perlahan menyusun sampan-sampan, menghitungnya sebagai barisan
sunyi
yang lelah, yang rebah,ditangkap diikat di akar-akar di kayu-kayu kaki-kaki
rumah,dan cahaya kikis, sekejap lagi habis
direguk malam yang mengerang
di badanmu, di sarungku;
sangkar segala burung yang bakit
terbang ke hitam langit,
ke hitam waktu.
Kapan ia lahir, tuan?
Bulan mandul, dan kematian
duduk-duduk memancing ikan
di setiap sudut pantai.
Aku datang dan selalu terkenang
muasal pasir, dan siul sumbang
dari mancung bibirmu yang membuat
cekung pipimu, saat kucium berulang
biji-biji kopi mentah di lidahmu,
saat tak perlu kau sebut lagi
tentang pahitnya kerinduan
saat semua gurat lekat di daun-daun

Puisi: Marhalim Zaini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar